Ilmu Sosial dan Budaya

Pengertian dan Sejarah Ideologi Feminisme yang Harus Kamu Ketahui!

Artikel ini akan membahas pengertian, sejarah, ciri-ciri, dan jenis-jenis ideologi feminisme. Ideologi feminisme secara umum didefinisikan sebagai paham yang menuntut adanya kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki. Mari kita eksplorasi lebih dalam tentang feminisme.

Pengertian Ideologi Feminisme

Feminisme adalah gerakan yang mengadvokasi kesetaraan hak dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki. Istilah feminisme berasal dari kata femina dalam Bahasa Latin yang berarti perempuan. Dalam kamus ideologi politik, feminisme diartikan sebagai kumpulan ide dan gagasan yang senantiasa berkembang. Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap ketidakadilan yang dialami perempuan akibat pemberian prioritas tertentu terhadap hak-hak laki-laki.

Beberapa ahli memiliki pendapatnya sendiri mengenai feminisme, di antaranya:

  1. Yunahar Ilyas: Menurut Yunahar Ilyas, feminisme adalah kesadaran akan ketidakadilan gender yang dialami perempuan baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat. Feminisme juga melibatkan tindakan sadar dari perempuan dan laki-laki untuk mengubah kondisi tersebut.
  2. Mansur Fakih: Mansur Fakih berpendapat bahwa feminisme merupakan gerakan dan kesadaran yang muncul karena asumsi bahwa kaum wanita pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi.

Sejarah Ideologi Feminisme

Gerakan feminisme telah ada sejak zaman dulu dan pertama kali diperkenalkan oleh Christine de Pizan yang menyoroti ketidakadilan yang dialami perempuan. Gerakan ini berkembang pada abad ke-18 dengan munculnya dua tokoh, yaitu Elizabeth dan Susan.

Pada masa itu, kedua tokoh feminis tersebut berjuang untuk hak politik perempuan, termasuk hak memilih. Pada abad ke-19, gerakan feminisme semakin berkembang di beberapa negara penjajahan Eropa dan dikenal dengan sebutan Universal Sisterhood.

Gerakan ini dicetuskan oleh Marquis de Condorcet dan Lady Mary Wortley Montagu. Selanjutnya, gerakan feminisme berkembang menjadi tiga gelombang pergerakan:

1. Gelombang Pertama:

Gelombang pertama feminisme, yang dikenal sebagai Suara Perempuan, dimulai pada tahun 1837 dan diprakarsai oleh aktivis Charles Fourier. Pada awalnya, gerakan ini berpusat di Eropa, namun kemudian meluas ke Amerika Serikat dengan pesat.

Baca Juga:  Pengertian Gejala Sosial, Klasifikasi, Ciri dan Dampaknya Lengkap

Perkembangan ini dipicu oleh publikasi buku The Subjection of Women karya John Stuart Mill pada tahun 1869. Pada tahun 1830-1840, perjuangan feminisme mulai membuahkan hasil, seperti pengakuan terhadap hak-hak perempuan dan penghapusan praktik perbudakan.

2. Gelombang Kedua:

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, gerakan feminisme mencapai puncaknya. Hal ini ditandai dengan berdirinya negara-negara baru setelah melepaskan diri dari penjajahan Eropa. Banyak negara yang kemudian memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk dalam pemerintahan.

Tujuan dari gelombang kedua feminisme adalah untuk memperjuangkan kebebasan perempuan yang sering kali diperlakukan secara tidak layak dan dianggap rendah. Beberapa tokoh feminis terkenal dari periode ini adalah Julia Kristeva dan Helene Cixous, yang berasal dari Perancis.

3. Gelombang Ketiga:

Fokus perjuangan dalam gelombang ketiga feminisme adalah mendapatkan posisi dalam sistem pemerintahan. Gelombang ini masih terkait dengan gelombang sebelumnya dan berpendapat bahwa politik harus memperhatikan hak-hak perempuan.

Ciri-ciri Ideologi Feminisme

Sebagai gerakan yang berjuang untuk hak-hak perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, feminisme memiliki beberapa ciri khas, antara lain:

  • Menyadari adanya perbedaan dan ketidakadilan dalam kedudukan antara laki-laki dan perempuan.
  • Menuntut adanya persamaan hak dan kedudukan antara laki-laki dan perempuan.
  • Menganggap laki-laki sebagai kelompok yang mementingkan diri sendiri.
  • Dominasi gerakan dan paham feminisme oleh perempuan.

Jenis-jenis Ideologi Feminisme

Gerakan feminisme yang berjuang untuk kesetaraan hak perempuan dengan laki-laki terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya:

  1. Feminisme Liberal: Jenis feminisme ini menekankan kebebasan dan menyatakan bahwa semua manusia diciptakan setara sehingga tidak boleh ada penindasan. Fokus utamanya adalah menuntut kesetaraan pendidikan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan dalam paham ini adalah bahwa perempuan memiliki kebebasan penuh, dan setiap individu memiliki kemampuan berpikir dan bertindak secara logis, termasuk perempuan. Feminisme liberal menyadari bahwa negara yang didominasi oleh laki-laki akan mencerminkan kepentingan yang bersifat maskulin. Aliran feminisme liberal juga berusaha meningkatkan kesadaran perempuan sebagai kelompok yang tertindas.
  2. Feminisme Marxisme: Jenis feminisme ini muncul sebagai reaksi terhadap sistem kapitalisme yang hanya menguntungkan diri sendiri dan semakin meminggirkan kaum perempuan. Tujuan gerakan feminisme ini adalah menghapus sistem kapitalisme. Dalam pandangan feminis Marxisme, laki-laki dianggap sebagai penguasa produksi yang mendominasi hubungan sosial dalam masyarakat. Sementara itu, perempuan dianggap sebagai bagian dari properti. Dengan sistem kapitalisme yang ada, negara dengan sifat kapitalis akan cenderung memanfaatkan perempuan sebagai pekerja dan menggunakan praktik perbudakan dalam sistemnya.
  3. Feminisme Sosialis: Ideologi feminisme sosialis menganggap bahwa ketertinggalan perempuan tidak hanya disebabkan oleh sistem kapitalisme, melainkan telah ada sebelumnya. Tujuan dari jenis feminisme ini adalah menghapus kepemilikan yang ada dalam struktur sosial.
  4. Feminisme Radikal: Feminisme radikal muncul pada abad ke-19 dan menuntut kesetaraan kedudukan dalam struktur sosial antara laki-laki dan perempuan. Fokus gerakan ini adalah hak-hak perempuan dari perspektif biologis.
  5. Feminisme Anarkis: Jenis feminisme ini tergolong ekstrem karena melihat laki-laki sebagai akar dari semua masalah yang dialami oleh perempuan. Tujuan utamanya adalah mendapatkan kekuasaan tertinggi dengan menghancurkan negara dan melawan dominasi laki-laki.
  6. Feminisme Eksistensialis: Aliran feminisme ini termasuk dalam gelombang kedua dan berkembang sekitar tahun 1940-an. Dalam pemahaman ini, perempuan didorong untuk menjadikan dirinya sebagai subjek dan bukan objek.
  7. Feminisme Postmodern: Dalam feminisme postmodern, setiap perempuan berhak menjadi apa pun yang mereka inginkan dengan menghindari kesatuan yang dapat membatasi perbedaan. Gerakan ini menolak segala hal yang bersifat absolut dan otoriter. Aliran feminisme ini justru menerima dan menghargai femininitas perempuan yang ada dalam masyarakat. Namun, aliran ini juga mengedepankan keterbukaan pikiran, keberagaman, dan perbedaan.
Baca Juga:  Ideologi Kapitalisme? Ini Sejarah, Pengertian dan Cirinya

Kelebihan dan Kekurangan Ideologi Feminisme

Feminisme, yang selalu mengadvokasi persamaan hak dan kedudukan antara laki-laki dan perempuan, memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, di antaranya:

Kelebihan Feminisme:

  • Sensitif terhadap ketidakadilan dalam masyarakat.
  • Semangat perjuangan yang tinggi.
  • Kelompok yang solid, setia, dan kuat.

Kekurangan Feminisme:

  • Cenderung egois dengan hanya membahas ketidakadilan yang dialami perempuan.
  • Memandang rendah kaum laki-laki.
  • Tidak selalu sejalan dengan ajaran agama.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, ideologi feminisme adalah paham yang berjuang untuk hak-hak perempuan sebagai respons terhadap ketidakadilan dan penindasan yang mereka alami. Seiring perkembangannya, feminisme menghasilkan berbagai aliran, seperti feminisme liberal, feminisme marxisme, dan feminisme postmodern, yang memiliki fokus dan pendekatan yang berbeda dalam mencapai kesetaraan gender.

Lihat Lebih Banyak

Artikel yang Berkaitan

Back to top button

Adblock Detected

Maaf, kami mendeteksi Adblock dari browser anda. Untuk mengoptimalkan pengalaman anda membaca dan mengeksplorasi konten kami, harap matikan fitur Adblock dari browser anda. Terimakasih. Salam, Tim Buah Pendidikan