Madness and Society dalam Pemikiran Michel Foucault
Latar Belakang Foucault
Michel Foucault merupakan salah satu filusuf yang amat penting pada abad ke-20 ini yang mana pemikiran-pemikirannya sampai hari ini masih relevan dipakai untuk memahami fakta sosial dan perkembangan budaya kontemporer, sekaligus juga masih menjadi bahan perdebatan (debateable). Sebagian pendapat memasukkan pemikiran Foucault dalam aras strukturalisme dan sebagian lagi memasukkannya dalam laju pemikiran post-strukturalisme sebagai perkembangan strukturalisme. Foucault sendiri menolak itu semua dengan mengatakan bahwa pemikirannya adalah khas dirinya dan tidak dapat dimasukkan dalam aliran pemikiran manapun.
Michael Foucault adalah orang yang selalu curiga (skeptis). Curiga pada setiap rezim kebenaran pengetahuan yang diperagakan dalam setiap lintasan sejarah.
Bahwa kekuasaan bukanlah sebuah otoritas yang dimiliki oleh subyek atau kelas tertentu seperti konsepsi Karl Marx, tapi kekuasaan adalah entitas yang digelar dan diperagakan oleh semua individu dalam ruang sosial yang kesemuanya dikendalikan.
Foucault juga berbicara tentang kegilaan (madness) yang menurutnya bahwa istilah kegilaan (madness) digunakan para penguasa pada abad ke-18 tidak hanya untuk menunjukkan sebuah kelompok masyarakat yang secara mental sakit medis, tetapi juga kaum miskin, gelandangan dan semua kelompok masyarakat yang memiliki karaktertidak diterima atau ditolak. Bukannya memberi solusi secara medis pada penyakit gila,”kegilaan” justru menjadi antitesis “kenormalan” dan dijadikan sebagai pengontrol masyarakat.
Michel Foucault
Biografi
Michel Foucault merupakan salah satu filusuf yang amat penting pada abad ke-20 ini yang mana pemikiran-pemikirannya sampai hari ini masih relevan dipakai untuk memahami fakta sosial dan perkembangan budaya kontemporer, sekaligus juga masih menjadi bahan perdebatan (debateable). Sebagian pendapat memasukkan pemikiran Foucault dalam aras strukturalisme dan sebagian lagi memasukkannya dalam laju pemikiran post-strukturalisme sebagai perkembangan strukturalisme. Foucault sendiri menolak itu semua dengan mengatakan bahwa pemikirannya adalah khas dirinya dan tidak dapat dimasukkan dalam aliran pemikiran manapun.
Michael Foucault adalah orang yang selalu curiga (skeptis). Curiga pada setiap rezim kebenaran pengetahuan yang diperagakan dalam setiap lintasan sejarah. Bahwa kekuasaan bukanlah sebuah otoritas yang dimiliki oleh subyek atau kelas tertentu seperti konsepsi Karl Marx, tapi kekuasaan adalah entitas yang digelar dan diperagakan oleh semua individu dalam ruang sosial yang kesemuanya dikendalikan.
Foucault juga berbicara tentang kegilaan (madness) yang menurutanya bahwa istilah kegilaan (madness) digunakan para penguasa pada abad ke-18 tidak hanya untuk menunjukkan sebuah kelompok masyarakat yang secara mental sakit medis, tetapi juga kaum miskin, gelandangan dan semua kelompok masyarakat yang memiliki karaktertidak diterima atau ditolak. Bukannya memberi solusi secara medis pada penyakit gila,”kegilaan” justru menjadi antitesis “kenormalan” dan dijadikan sebagai pengontrol masyarakat.
Pemikirannya
Foucault adalah filusuf abad ke 20 yang mengusung aliran filsafat koninental, posstukturalisme, dan analisis diskursus. Foucault dianggap sebagai pendiri tradisi filsafat baru di Prancis yang dimasukan dalam kategori post-modernisasi. Penekanan Foucault terletak pada filsafat sebagai subjek dari lingkunngan sekitarnya. Secara historis, dengan munculnya era linguistik dengan filsafat yang memberi penekanan pada arti atau makna sebuah konsep daripada pengaruh konsep terhadap dunia, perhatian Foucault terhadap filsafat saat itu ditekankan pada konteks kesejarahan. Karya Foucault yang terkenal adalah Madness and Civilization, Discipline and Punish:The Birth of the Prison, dan The History of Sexuality.
Tema besar yang diusung Foucault menjelaskan tentang hubungan antara kekuasaan dan ilmu pengetahuan, khususnya bagaimana kekuasaan mengontrol dan mendefinisikan ilmu pengetahuan. Foucault mengemukakan bahwa suatu pernyataan sebagai “pengetahuan ilmiah” yang dibuat penguasa hanyalah alat manipulasi untuk mengontrol masyarakat sosial.
Kegilaan Versi Michel Foucault
Madness (Kegilaan)
Istilah kegilaan (madness) yang digunakan para penguasa pada abad ke-18 tidak hanya untuk menunjukkan sebuah kelompok masyarakat yang secara mental sakit medis, tetapi juga kaum miskin, gelandangan dan semua kelompok masyarakat yang memiliki karakte tidak diterima. Bukannya memberi solusi secara medis pada penyakit gila, ”kegilaan” justru menjadi antitesis ”kenormalan” dan dijadikan sebagai pengontrol masyarakat.
Pemikiran Foucault dipengaruhi Nietzsche, dia adalah seseorang yang orisinal. Foucault pun harus orisinal dengan pandangan pribadinya. Bahkan tidak jarang dia juga tak sependapat dengan Nietzsche. Terdapat perbedaan dalam teori Genealogi Foucault. Bahasa bagi Foucault tidak bisa dikurang dalam “apa yang ditulis” dan “apa yang menjadi tafsirnya”, keduanya saling terjalin tanpa pemisah. Salah satu dari pemikirannya tentang subjek dan objek, bahwa bahasa yang ditulis dan menjadi tafsirnya tidak bisa dipisahkan dalam subjek dan objek.
Masyarakat (Society)
Tema Foucault juga meliputi ilmu pengetahuan yang dirampas penguasa demi kepentingan kekuasaan dengan mencatat sejarah hadirnya penjara sebagai pengganti hukuman didepan publik. Konsep hukuman penjara dianggap sebagai tindakan dehumanisasi (menghilangkan kemanusiaan) yang lebih menakutkan dari pada eksekusi hukuman mati.
Kegilaan (madness) selalu ditolak dan dikeluarkan oleh sistem masyarakat tertentu. Sejak 50 tahun yang lalu ditempat yang kita kenal dengan sebutan negara maju (advenced countries), Para ahli etnologi dan kejiwaan telah melakukan kajian apakah kegilaan yang ada di negara-negara mereka yang berupa gangguan mental (mental disorders) seperti obsesis, neurosis, paranoia, dan lainya, mereka juga dikeluarkan atau ditolak dalam masyarakat primitif (primitive societies). Apakah masyarakat primitif juga melarang seperti itu? Bukankah masyarakt primitif yang lebih memanusiakan mereka?
Didalam sebuah masyarakat terdapat prilaku yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Prilaku tersebut nampak berbeda dan menyalahi aturan-aturan umum yang berlaku di masyarakat tersebut, sehingga mereka disebut sebagai “individu-individu marjinal”.