Sejarah Peristiwa Perang Saudara (Civil War) di Amerika Serikat
Sejarah Peristiwa Perang saudara atau Civil War di Amerika Serikat adalah salah satu abad dalam sejarah yang paling berdarah bagi negara Amerika Serikat, dikenal sebagai perang antar negara bagian, yaitu Negara bagian Utara dan Negara Bagian Selatan.
Perang tersebut terjadi sekitar tahun 1861 sampai 1865, berlangsung selama empat tahun yang tercatat di sejarah Amerika Serikat. Perang tersebut terjadi antara Negara bagian Utara yang dikenal dengan Union (Persatuan) melawan 11 negara bagian selatan yang ingin memisahkan diri dari Union dan membentuk Confederation State (Negara Konfederasi).
Sejarah Peristiwa Perang Saudara Amerika terjadi, karena ada perselisihan paham antara warga negara yang tinggal di 11 negara bagian di wilayah selatan. Dengan memproklamasikan dirinya sebagai Confederation States (Negara Konfederasi).
Adapun Negara Konfederasi dibawah pimpinan Presiden Jefferson David berhadapan dengan pemerintah yang berada di 23 negara bagian wilayah utara dengan menyebut dirinya sebagai Pihak Union (Persatuan) di bawah pimpinan Presiden Abraham Lincoln.
11 negara bagian selatan yang ingin memisahkan diri yaitu Carolina Selatan, Mississippi, Florida, Alabama, Georgia, Louisiana, Texas, Virginia, Arkansas, Tennessee, dan Carolina Utara.
Hal ini bermula pada tahun 1860 – 1861 dan pecahnya permusuhan dengan melakukan perang bersenjata, setelah itu puncak dari gesekan antar bagian negara itu yang dimulai dari pemahaman tentang isu Perbudakan di bagian wilayah Selatan.
Latar Belakang Sejarah Peristiwa Perang Saudara di Amerika Serikat
Perang saudara atau Civil War pada dasarnya pihak yang bertikai sama-sama mengakui dirinya sebagai bagian Amerika. Hanya masalah berbeda politik termasuk masalah perbudakan.
Amerika Serikat sendiri sangat identik dengan isu perbudakan. Sejarah perbudakan yang berlangsung di Amerika Serikat sudah terjadi sejak wilayah itu menjadi koloni Inggris, berlangsung selama dua setengah abad (1619 – 1865).
Pada masa itu, di bagian Selatan masih banyak dijumpai dengan perhudakan yang bekerja secara menyedihkan di pertanian dan industri. Mereka mayoritas perbudakan berasal dari kaum kulit hitam yaitu Afrika, yang kemudian akan berkembang menjadi golongan Afro-Amerika.
Sebaliknya, berbeda dengan bagian Utara telah banyak berinvestasi di dalam sistem transportasi yang luas dan beragam kanal/navigasi, jalan, kapal uap, dan jalur kereta api. Dalam industri keuangan seperti perbankan, asuransi, dan dalam jaringan komunikasi besar seperti surat kabar, majalah, dan buku dengan harga yang murah dan tersedia banyak, bersama dengan telegraf.
Pemahaman Isu Perbudakan: Pertentangan Utara dan Selatan
Mayoritas masyarakat di bagian wilayah Utara menentang adanya perbudakan, sedangkan, wilayah Selatan setuju tentang perbudakan. Masalah perbudakan menjadi salah satu faktor penyebab meletusnya Perang Saudara atau Civil War di Amerika Serikat. Masalah perbudakan menjadi fokus perdebatan politik yang sengit diantara kedua bagian wilayah tersebut.
Pada 1856 Abraham Lincoln bergabung dengan Partai Republik dan tidak berhasil menantang Stephen A. Douglas untuk mendapatkan kursi di Senat. Lincoln menentang usul Douglas bahwa orang-orang yang tinggal di Pembelian Louisiana (Louisiana, Arkansas, Oklahoma, Kansas, Missouri, Nebraska, Iowa, Dakota, Montana, dan beberapa bagian Minnesota, Colorado dan Wyoming) harus diizinkan memiliki budak. Lincoln berargumen bahwa wilayah-wilayah itu harus dijaga agar “orang-orang miskin pergi dan memperbaiki kondisinya”
Sewaktu Lincoln terpilih secara  Lincoln resmi sebagai presiden ke-16 AS pada tahun 1861, hal ini memicu amarah dan tentangan keras dari negara – negara bagian selatan yang merasa terancam dengan kebijakan Lincoln.
Bahkan James Buchanan, anggota partai Demokrat sekaligus presiden ke-15 AS yang akan selesai jabatannya juga mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Republikan adalah tindakan ilegal yang kemudian dilanjutkan dengan delapan negara bagian selatan yang kembali memutuskan untuk menolak kebijakan Lincoln karena dianggap melanggar kebebasan konstitusi mereka.
Presiden Abraham Lincoln ingin sistem perbudakaan dihapuskan seluruhnya dari negara Amerika Serikat karena dianggap melanggar nilai-nilai di dalam Deklarasi Kemerdekaan. Konstitusi Amerika Serikat memerintahkan kepada seluruh warganya untuk hidup bebas, kesetaraan dan kesejahteraan tanpa memandang ras, suku, status sosial, agama maupun bahasa. Namun, tidak semua negara bagian wilayah setuju dengan semua itu. Inilah penyebab utama dari Perang Sipil atau Civil War di Amerika, yakni Isu Perbudakan.
Budak di bagian wilayah Selatan sekitar sepertiga dari penduduk Selatan. Kebanyakan budak hidup di peternakan besar dan perkebunan kecil. Pemilik budak berusaha untuk membuat budak mereka sepenuhnya tergantung pada mereka, dan sistem yang membatasi kehidupan mereka. Mereka dilarang belajar membaca, menulis, perilaku dan gerak mereka dibatasi.
Banyak juga para budak yang dijadikan pelampiasan seksual. Sedangkan, untuk mereka yang berperilaku baik akan mendapatkan perlakuan yang baik juga, sementara, untuk budak pemberontak akan secara brutal dihukum. Sebuah hirarki yang ketat di antara budak, dari budak di sebuah rumah mewah hingga budak yang menjadi tanaga kerja kasar.
Pembentukan hierarki tersebut turut memicu mereka dan cenderung mengorganisasikan melawan tuan mereka. Perkimpoian antara budak tidak memiliki dasar hukum, tetapi budak mereka diperbolehkan menikah dan membesarkan keluarga mereka.
Pemberontakan oleh budak pernah terjadi selama sistem perbudakan berlaku di Amerika. Salah satunya yang dilakukan oleh Gabriel Prosser di Richmond (1800) dan Denmark Vesey di Charleston (1822). Pemberontakan yang paling menakutkan terjadi pada Agustus 1831 yang dipimpin oleh Nat Turner di Southampton, Virginia. Pada saat itu kelompok Turnur yang berjumlah sekitar 75 orang kulit hitam membunuh sekitar 60 orang kulit putih.
Puncak Konflik Peristiwa Perang Saudara Amerika Serikat (1861-1865)
Walaupun sebenarnya Lincoln telah menegaskan bahwa pemerintahannya tidak akan memulai perang, namun perang tetap terjadi ketika kekuatan militer Konfederasi mulai bergerak untuk menguasai beberapa benteng federal dan bisa dikatakan awal dari Perang Sipil AS adalah ketika jatuhnya benteng Sumter yang terletak di Carolina Selatan ke tangan Konfederasi.
Maka dengan itu secara resmi dimulailah pertempuran berdarah selama empat tahun yang kemudian dimenangi oleh Serikat yang jelas jauh lebih superior di banyak bidang, salah satu konflik berdarah di sejarah AS.
Tentu awal mula Perang Sipil AS bisa dikatakan bermula ketika benteng Sumter di Carolina Selatan dibombarbir selama beberapa hari oleh pihak Konfederasi sampai akhirnya berhasil dikuasai pada tanggal 14 April 1861. Dari penyerangan ini lah yang membuat Serikat mau-tidak mau mengerahkan kekuatan militer mereka sekaligus memperkuat blokade perairan untuk melemahkan Konfederasi.
Banyak sekali kemudian pertempuran – pertempuran ikonik  seperti pertempuran Bull Run, pertempuran di Gettysburg, dan tentunya pertempuran Wilderness. Hingga pada akhirnya Serikat mampu menghajar dan memukul Konfederasi yang inferior di segala bidang, memaksa jenderal Robert E. Lee terkepung di Appomattox, Virginia pada tahun 1865.
Karena memang pada saat itu pasukan Lee terus – menerus dikejar oleh pasukan jenderal Ulysses S. Grant yang pada akhirnya berhasil mengepung pasukannya yang sudah kelelahan dan kalah jumlah. Pada akhirnya Lee yang merasa sudah tidak ada jalan keluar dan tidak ada gunanya untuk berperang lagi, secara resmi menandatangani surat kekalahan pada tanggal 9 April 1865 di hadapan banyak petinggi militer Serikat, termasuk Grant.
Grant yang menghormati Lee, membiarkan rivalnya selama perang untuk tetap membawa kuda beserta pedangnya. Beberapa hari kemudian sayangnya Lincoln tewas dibunuh oleh John Wilkes Booth, seorang simpatisan Konfederasi.
Setelah Presiden Abraham Lincoln Wafat, akhirnya digantikan oleh wakil presidennya, Andrew Johnson, yang kemudian tetap melanjutkan proses penerimaan para pasukan Konfederasi yang satu – persatu menyerah dan juga presiden Konfederasi, Jefferson Davis, ditangkap.
Upaya Rekonsiliasi dan Pemulihan Pasca Perang Saudara
Secara resmi Perang Saudara (Civil War) Amerika Serikat berakhir pada tanggal 9 Mei 1865 dan negara – negara bagian selatan yang sebelumnya memutuskan untuk mendirikan Konfederasi secara resmi kembali sebagai daerah Serikat atau Amerika Serikat seutuhnya sampai sekarang.
Karena yang menang adalah pihak Union, tidak heran tetap bersatu mengingat tidak pernah ada urgensi atau keinginan memisahkan apa yang selama ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan koloni yang menjadi Amerika Serikat. Berikut ini dampak dari upaya pemulihan pasca Perang Saudara (Civil War) yang terjadi:
- Pembebasan para budak dari negara-negara Negara Konfederasi
- Disahkannya Amandemen ke-13 Amerika yang menghapuskan perbudakan
- Hancurnya perekonomian dan infrastruktur di negara-negara bagian selatan
- Runtuhnya kemakmuran penduduk di wilayah selatan
- Kebencian antara penduduk di wilayah selatan dengan utara dan orang-orang kulit hitam masih tinggi
- Perang Saudara tersebut menewaskan sekitar 620.000 tentara dan jutaan lainnya luka-luka
- Pihak Konfederasi sendiri juga tidak bisa berbuat apa – apa dan mau-tidak mau tetap kembali sebagai bagian dari AS yang resmi dipegang pemerintahannya oleh pihak Serikat
Setelah Perang Saudara berakhir, Amerika Serikat mengalami perubahan sosial dan politik yang signifikan. Upaya pemulihan dan rekonsiliasi dimulai, tetapi masih ada paham rasisme dan ketegangan antara ras masih melanda negara tersebut. Meskipun perbudakan telah dihapuskan, diskriminasi rasial terus berlanjut dan memunculkan gerakan hak sipil yang berjuang untuk kesetaraan rasial.